Senin, 03 Maret 2008

persijap okeeeeee


PERSIJAP JEPARA
Maksimalkan Produk Lokal

NAMA Persijap Jepara memang tak banyak disebut dalam kancah sepak bola nasional. Padahal, tim berjulukan Laskar Kalinyamat ini sudah berdiri sejak 1960. Tapi, tercatat baru tiga kali Persijap unjuk gigi di Divisi Utama.

Tim yang bermarkas di Stadion Kamal Junaedi ini lebih banyak menghabiskan waktu di Divisi I. Tapi, tim yang kini ditukangi Yudi Suryata itu pernah menorehkan prestasi lumayan. Di Liga Indonesia (LI) 1999/2000, Persijap berhasil jadi kampiun Divisi I. Tiket ke Divisi Utama otomatis disabet. Ironisnya, setahun kemudian, pasukan Laskar Kalinyamat malah terlempar ke Divisi I lagi.

Ketatnya persaingan di kompetisi elit Indonesia itu membuat Persijap harus berjuang lebih keras. Termasuk di LI 2007 mendatang. Apalagi, pasukan yang diusung Yudi, kebanyakan produk lokal.

Meski tanpa pemain bintang, bukan berarti Persijap menjadi bimbang. Kasiadi dan kawan-kawan siap bertarung di Wilayah Timur yang terkenal ganas.

"Betul, materi yang kami miliki merupakan produk asli Jepara. Tapi, kami tak akan pasrah begitu saja. Prestasi setinggi langit harus bisa diraih. Ini agar motivasi pemain jadi lebih menggunung," kata manajer Persijap, Edi Sujatmiko.

Hanya, pelatih Yudi harus berpikir keras dalam membangun pasukannya. Dari berbagai uji coba yang dilakoni, mantan pelatih Persipura Jayapura dan Deltras Sidoarjo itu belum puas. "Kerja sama antarlini belum padu. Inilah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebelum kompetisi bergulir," kata Yudi.

Banyaknya pemain baru yang memperkuat Persijap, membuat Yudi harus pintar-pintar membuat skema permainan yang cocok. Tapi, Yudi sudah memiliki cetak biru pasukannya. Dari berbagai uji coba, beberapa pemain sudah bisa diplot di posisinya. Skema 3-5-2 sepertinya akan jadi pilihan Persijap melakoni laga-laga berat di LI 2007 nanti.

Terpenting, saya bisa memahami kepribadian masing-masing pemain. Setelah itu saya berharap akan terjalin kekompakan. Dengan begitu, skema permainan 3-5-2 yang nanti dihamparkan bisa bekerja dengan baik, lanjut pria berusia 52 tahun itu.

Data Persijap
Berdiri : 1960
Julukan : Laskar Kalinyamat
Alamat : Jl. Kartini No. 1, Jepara
Telepon : (0291) 591042
Faximile : (0291) 591037
Ketua Umum : Sumartoyo
Manajer tim : Edi Sudjatmiko
Pelatih : Yudi Suryata
Stadion : Kamal Junaedi, Jepara
Kapasitas : 10.000
Suporter : Japman
Pemain baru : Fance Haryanto, Listianto Raharjo, Isdiantono, Bambang Sulistio, Abdul Hakim, Febi Sofi, Amarildo Souza, Anton Hermawan, Khanif Muhajirin, Denilson Goncalves, Fakrudin, Nurhadi, Ibrahim.

Prestasi
LI 1994/1995 : Divisi I;
LI 1995/1996 : Divisi I;
LI 1996/1997 : Divisi I,
LI 1998/1999 : Peringkat 3 Grup II Divisi I;
LI 1999/2000 : Juara Grup I Divisi I (Promosi ke Divisi Utama);
LI 2001 : Peringkat 12 Wilayah Timur (Degradasi ke Divisi I);
LI 2002 : Peringkat 2 Grup B Divisi I;
LI 2003 : Peringkat 8 Grup B Divisi I;
LI 2004 : Peringkat 3 Grup Barat Divisi I (Promosi ke Divisi Utama):
LI 2005 : Peringkat 12 Wilayah Timur;
LI 2006 : Peringkat 9 Wilayah I

Skuad
Kiper: Danang Wihatmoko, Fance Haryanto, Listianto Raharjo;
Belakang: Phaitoon Tiebma, Danan Puspito, Isdiantono, Bachtiar, Evaldo Silva de Azis, Kasiadi, Eko Prasetyo;
Tengah: Bambang Sulistio, Abdul Hakim, Febi Sofi, Joni Budiarto, Doni Siregar, Amarildo Souza, Anton Hermawan, Khanif Muhajirin;
Depan: Denilson Goncalves, Fakrudin, Nurhadi, Ibrahim




PROFIL BEJO SUGIANTORO


Dosa, Sanksi & Isteri

BAGI Sugiyantoro, Persebaya Surabaya tak hanya sebatas klub tempat ia mengais rezeki. Tapi, Persebaya tak ubahnya isteri kedua dalam kehidupannya berubah tangga. Dari Indonesia Muda Surabaya, Bejo, begitu ia acap disapa merintis karir sepak bolanya. Sampai akhirnya pada 1994 ia terpilih masuk tim senior Persebaya. Mulai saat itulah, karirnya melambung dan sampai kini masih didapuk sebagai libero terbaik nasional.

Saya memang kelahiran Sidoarjo. Tapi, bagi saya Persebaya adalah klub banyak memberikan saya kenangan. Suka duka saya dapatkan di Persebaya, tandas pria kelahiran 2 April 1977 ini.

Bersama Persebaya, pemakai nomor lima ini merasakan nikmatnya jadi juara di LI 1996/1997. Tapi, kenangan indah itu berbuah duka lima tahun kemudian. Akibat konflik internal Persebaya terdegradasi ke Divisi I lantaran hanya nongkrong di peringkat 11 Wilayah Timur. Di saat itulah, Bejo memutuskan hijrah ke PSPS Pekanbaru.

Tapi, suami Hj. Rahmawati ini seperti dikutuk lantaran meninggalkan Persebaya saat terpuruk. Ia kemudian mendapatkan pelajaran berharga setelah diskorsing Komisi Disiplin PSSI selama satu musim akibat mengeroyok wasit Subandi sampai bonyok saat PSPS dijamu Persijatim Solo di laga putaran I LI 2003. Kasus itulah yang membuat saya merenung. Saya merasa berdosa telah meninggalkan Persebaya, kata mantan pemain nasional yang gagal menjebol gawang lawan saat adu penalti ketika Indonesia bersua Thailand di final Piala Tiger 2002 ini.

Dosa itulah yang membuat Bejo akhirnya memutuskan kembali ke Persebaya di LI 2004 setelah masa skorsingnya berakhir. Seperti sudah jodoh, Persebaya pun dibawanya meraih gelar juara di akhir musim LI 2004. Saya tak akan hijrah lagi dari Persebaya. Saya ingin selalu dekat dengan keluarga, kata pemain yang kini sedang merintis usaha penyewaan truk sebagai tabungan hari tuanya.

Demi isteri dan anak-anaknya pula Sugiyantoro pun memutuskan untuk gantung sepatu dari timnas sejak 2004. Ia pun berikrar tak akan meninggalkan Persebaya di saat kesulitan. Itu terjadi setelah mereka divonis Komdis turun kasta ke Divisi I lantaran mogok di 8 Besar LI 2005. Setelah sukses jadi juara Divisi I 2006, Bejo pun kembali bakal jadi andalan Persebaya di LI 2007. Saya ingin meraih gelar juara untuk ketiga kalinya bersama Persebaya. Demi menebus dosa dan demi kebahagiaan anak dan isteri, katanya. Semoga!

Biodata Sugiyantoro
Kelahiran: Sidoarjo, 2 April 1977
Tinggi & berat: 173 cm & 70 kg
Posisi : Libero
Nomor punggung: 5
Karir
1990-1994: Indonesia Muda Persebaya
1994-2002: Persebaya Surabaya
2003: PSPS Pekanbaru
2004-2006: Persebaya

Sabtu, 01 Maret 2008

pelita


PELITA JAYA PURWAKARTA
Terbiasa Hidup Nomaden

PELITA Jaya tak hanya identik dengan Nirwan Dermawan Bakrie, sang god father sekaligus pembina tim. Tapi, klub yang berdiri pada 1986 ini juga amat akrab dengan pola hidup berpindah-pindah alias nomaden.

Sejak berdiri Pelita Jaya bermarkas di Stadion Sanggraha Pelita. Tapi, krisis dan resesi ekonomi yang menerjang Indonesia pada 1998 membuat mereka pun hampir gulung tikar. Maklum, Nirwan sang pendana sempat menghilang lantaran sejumlah usahanya tak jalan. Di saat itu pula, Pelita Jaya pun harus hidup berpindah-pindah demi mempertahankan hidupnya.

Di musim 1999/2000 mereka hijrah ke Solo dan berganti nama jadi Pelita Solo. Tiga musim tampil di Stadion Manahan tak membuat napas kehidupan mereka berjalan lancar. Krisis finansial menimpa dan pada 2003, Pelita Solo pun merger dengan PS Krakatau Steel, Cilegon dan berganti nama jadi Pelita Krakatau Steel. Dua musim berlaga di Stadion Cilegon, tak membuat Pelita betah. Seiring dengan terdegradasinya mereka ke Divisi I akibat hanya menempati peringkat 13 klasemen akhir Wilayah Timur, Pelita pun balik nama. Mereka hijrah ke Purwakarta dan mengganti namanya jadi Pelita Jaya Purwakarta.

Mungkin ini sudah jalan hidup kami. Yang pasti, hidup nomaden membuat kami teruji. Lebih dari itu, kami pun jadi memiliki banyak penggemar, kata Arjuna Rinaldi, asisten pelatih Pelita Jaya.

Ya, nahas benar nasib Pelita Jaya. Padahal, di era Liga Sepak Bola Utama (Galatama) mereka adalah raja. Tiga gelar juara yang diraih pada musim 1987/1988, 1988/1989 dan 1993/1994 adalah buktinya. Tapi, begitu Galatama dan perserikatan dilebur menjadi Liga Indonesia (LI) pada 1994/1995, klub miliki keluarga Bakrie ini seakan meredup. Prestasi terbaik Pelita Jaya sepanjang LI bergulir adalah menembus 8 Besar musim 1999/2000.

Kini, Pelita Jaya ingin menghadirkan kembali kejayaan yang mereka pernah raih di zaman Galatama. Begitu memastikan diri kembali ke jenjang Divisi Utama akhir Agustus 2006 lalu, manajemen segera melakukan pembenahan. Salah satunya dengan mendatangkan pelatih asal Singapura Fandi Ahmad untuk menukangi tim menatap LI 2007.

Fandi adalah salah satu pemain terbaik yang pernah ada di Asia Tenggara. Pengalaman sebagai pelatih timnas U-23 Singapura, mudah-mudahan bisa mendongkrak prestasi Pelita Jaya yang meredup dalam beberapa tahun terakhir, kata manajer Pelita Rahim Soekasah.

Pria yang juga menjabat sebagai manajer timnas U-23 ini menegaskan bahwa manajemen memberi Fandi tugas yang tak ringan yaitu mengantar Pelita Jaya menembus Super Liga 2008. Demi memenuhi target tersebut itulah, manajemen bersedia memenuhi permintaan Fandi untuk didampingi asistennya di timnas U-23 Singapura, Kadir Yahya.

Bagi Fandi Ahmad sendiri, target yang dibebankan manajemen tidaklah sulit untuk diwujudkan. Pria yang pernah menjadi idola pecinta sepak bola Surabaya saat memperkuat Niac Mitra Surabaya itu optimistis dengan masa depan Pelita Jaya Purwakarta.

Gelar juara mungkin sulit saya wujudkan di tahun pertama bersama Pelita Jaya. Tapi, saya siap mengantar Pelita kembali ke jajaran elit sepak bola Indonesia, ungkapnya

Dengan bermodal pemain muda, Fandi yakin Pelita akan jadi kekuatan yang sulit dideteksi. Maklum, dari sekitar 17 pemain yang sudah dikontrak, hanya Hermawan dan Agustiar Batubara yang terbilang tua. Dua pemain itu berumur sekitar 27 tahun. Yang lainnya, rata-rata dibawah usia 23 tahun, kata Arjuna.

Data Klub
Nama : Pelita Jaya Purwakarta
Julukan : Pendekar Gunung Parang
Alamat : Graha Surya Kemang Lt 1, Jln Kemang Raya No 33 Jakarta Selatan
Telp. : 021 7196725
Faks. : 021-7668707
Ketua Umum : Lili Hambali Hasan
Manajer : Rahim Soekasah
Pelatih : Fandi Ahmad
Stadion : Purnawarman
Kapasitas : 10.000
Suporter : Garda Purwa
Pemain baru : Dian Fachruddin, Wawan Darmawan, Agustiar Batubara

Prestasi
LI 1994/1995 : 8 Besar
LI 1995/1996 : 12 Besar
LI 1996/1997 : 12 Besar
LI 1997/1998 : kompetisi dihentikan
LI 1998/1999 : 10 Besar
LI 1999/2000 : 8 Besar
LI 2001 : Peringkat 9 Wilayah Timur
LI 2002 : Peringkat 7 Wilayah Barat
LI 2003 : Peringkat 14 Wilayah Barat
LI 2004 : Peringkat 15 Wilayah Barat
LI 2005 : Peringkat 17 Wilayah Timur
LI 2006 : 8 Besar Divisi I (promosi ke Divisi Utama)

Skuad
Kiper: Edi Supriadi, Wawan Darnawan
Belakang: Agustiar Batubara, Dian Fachrudin, Kiki Pulalo, John Oba, Hermawan, Elsa
Tengah: Ifan, Abubakar, Laconte, Istiyanto, Fily, Yusmadi,
Depan: Risky Nurdiansyah, Andro Valevi, Egy Melgiyanto

Kamis, 17 Januari 2008

nasib wasit indonesia

Simpati Buat Wasit
Belakangan ini wasit kerap menjadi kambing hitam atas kegagalan sebuah tim. Kinerja mereka terus mendapat sorotan tajam. Namun, masih ada tim yang bersimpati. Nada positif itu dilontarkan pelatih Deltras, Jaya Hartono. “Tanpa bermaksud mengambil hati, wasit adalah manusia yang tak luput dari kesalahan. Tidak ada wasit yang memimpin pertandingan selama 90 menit tanpa kesalahan. Kami selalu berpikir positif soal wasit, jadi kami tak ada kekhawatiran bakal dirugikan,” tutur Jaya. Bagi Jaya, mencari kambing hitam atas kegagalan adalah sikap tak ksatria. “Kami tak melakukan protes saat Pronetto diganjar kartu merah di leg kedua Copa, padahal kami bisa melakukan protes. Kami tahu sudut pandang kita berbeda dengan wasit dan menghormati segala keputusannya,” papar Jaya. Kubu Persipura pun sepakat. “Apa gunanya terus-menerus mempersoalkan kerja wasit. Lebih baik konsentrasi untuk bermain saja,“ sebut Raja Isa, pelatih Persipura. Namun, untuk memperkecil terjadinya kesalahan, BLI diharap menugaskan wasit yang punya jam terbang tinggi dan mengantongi reputasi bagus. “Di babak seperti ini tekanan sangat besar. Semua bisa dilihat langsung oleh jutaan masyarakat lewat TV. Jika wasit terlalu tegang, bisa-bisa ia justru membuat banyak kesalahan,” ucap Saiful Ilah, manajer Deltras. Tak beda jauh dengan gelaran Copa. BLI pun siap menugaskan wasit yang dianggap terbaik. Sebanyak 6 wasit dan 6 asisten yang disiapkan di ajang Copa plus tenaga tambahan lain mungkin akan kembali dipercaya. “Kami siapkan sekitar 40 orang wasit dan asisten wasit bertugas di Solo dan Kediri. Yang jelas BLI pasti akan menugaskan mereka yang punya reputasi bagus untuk menjaga gelaran 8 besar,“ ucap Joko Driyono, Direktur Eksekutif BLI.

profil persija


PERSIJA

PERSIJA JAKARTA Menuntaskan Misi yang Tertunda TARGET juara selalu dipatok manajemen Persija Jakarta. Namun, sejak Liga Indonesia (LI) bergulir, klub elit ibukota ini baru sekali meraih gelar pada musim 2001. Di LI 2005, tim berjulukan Macan Kemayoran ini memang berhasil mencapai babak final. Tapi, di babak pamungkas itu mereka dihempaskan Persipura Jayapura 2-3.Kegagalan itu membuat tim pengelola dibawah kendali Sutiyoso selaku Ketua Dewan Pembina Persija melakukan perombakan besar-besaran menjelang LI 2006 digulirkan. Pelatih Arcan Iurie Anatolievici yang sukses mengantarkan tim Macan Kemayoran menjadi peringkat kedua Liga Djarum 2005 dan Copa Dji Sam Soe 2005 didepak dan diganti Rahmad Darmawan. Begitu pula manajer tim beralih dari IGK Manila ke Dharmawan Eddie. Lalu empat pemain asing yakni Lorenzo Cabanas, Ayouck Berty, Jaldesir dos Santos dan Adolfo Fatecha yang dinilai tak memberi kontribusi sesuai dengan yang harapkan tak diperpanjang kontraknya. Legiun asing yang dipertahankan hanya Urbain Batoum Roger. Manajemen kemudian mendatangkan pilar asing baru untuk mengganti empat pemain yang kontraknya tak diperpanjang seperti Abanda Herman, Francis Younga, Oscar Aravena dan Alex Brown. Namun, perombakan besar-besaran tak membuahkan hasil. Alih-alih masuk babak final seperti di LI 2005. Masuk babak semifinal saja tak bisa diwujudkan Ismed Sofyan dan kawan-kawan. Kegagalan tersebut membuat Bang Yos, sapaan akrab Sutiyoso meradang. Puluhan miliar dari dana APBD Jakarta yang dikeluarkan tak sebanding dengan capaian prestasi yang ditorehkan anak-anak Persija. Persija perlu pembenahan, ujarnya.Maka, Bang Yos kembali melakukan perombakan. Manila yang dinilai gagal di LI 2005 ditunjuk menjadi manajer tim lagi. Pelatih dipercayakan kepada duet Sergei Dubrovin dan Isman Jasulmei. Kolabarasi Manila dengan duet Sergei dan Isman diharapkan bisa menjadikan Persija lebih baik. Musim ini Persija harus menuntaskan misi yang tertunda itu. Gelar juara mutlak diraih. Tak boleh ada tawar menawar. Ofisial, pelatih dan seluruh pemain harus bekerja keras merealisasikan target merebut gelar bergengsi itu, ungkap Bang Yos.Instruksi dari Ketua Dewan Pembina Persija itu memaksa Sergei dan Isman untuk mempersiapkan tim sejak dini. Sejak November 2006 lalu, dua pelatih itu menggembleng Hamka Hamzah dan kawan-kawan dengan program yang intensif. Tak hanya itu, mereka juga disertakan pada dua turnamen dalam negeri, Piala Emas Bang Yos (PEBY) IV dan Piala Jusuf XII. Di dua ajang ini Persija memang gagal merebut gelar. Tapi, penampilan mereka sangat menghibur. Kebersamaan dan semangat pasukan Sergei Dubrovin itu juga sangat terjaga, hal yang tak pernah mereka tunjukan di musim sebelumnya. Melihat kekompakan pemain, saya optimistis tim ini akan mampu berbuat sesuatu di LI 2007. Kebersamaan yang terbina baik itu pertanda anak-anak siap memberikan yang terbaik buat kejayaan Persija, kata Isman Jasulmei, Asisten Pelatih Persija.Dalam pandangan Isman, Persija selalu dipandang superior oleh tim-tim lawan. Setiap tim yang berhadapan dengan Persija, memiliki motivasi tunggi Mungkin karena Persija tim ibu kota sehingga hampir semua tim berupaya untuk mengalahkan Persija di setiap pertandingan, ujar Isman. Tapi, dengan kebersamaan yang kini terjalin di antara pemain Persija, Isman percaya timnya mampu melewati rintangan yang menghadang. Kami tak gentar lagi dengan tim yang mengandalkan semangat dan kolektivitas sebab dua hal itu juga sudah tertanam baik di dada setiap pemain Persija. Bahkan, semangat bertanding anak-anak jauh lebih baik, tutur Isman. Data klubBerdiri : 1928Julukan : Macan Kemayoran Alamat : Graha Wisata Gelanggang Olahraga Ragunan Lt. 2 Pasar Minggu, Jaksel Telepon : (021) 7818160 Faksimile : (021) 7818160 Pembina : Sutiyoso Ketua Umum : Djadjat SudrajatManajer : I. G. K. Manila Pelatih Kepala : Serghei Dubrovin Asisten Pelatih : Isman Jasulmei Stadion : Lebak Bulus Kapasitas : 12500 Suporter : Jakmania, The Jakers Pemain Baru : Evgeny Chamaruc, M Robi, Basri Badussalam, Jordi Kartiko, I Wayan Mudana, Julio Capreta, Agus Supriyanto, Javier Rocha, Samuel Tayo, Aliyudin, Achyar Elyas, Bambang PamungkasPrestasi LI 1994/1995 : Peringkat 12 Wilayah Barat LI 1995/1996 : Peringkat 13 Wilayah Barat LI 1996/1997 : Peringkat 10 Wilayah Barat LI 1998/1999 : SemifinalisLI 1999/2000 : Semifinalis LI 2001 : Juara LI 2002 : 8 Besar LI 2003 : Peringkat 7 LI 2004 : Peringkat 3 LI 2005 : Runner upLI 2006 : 8 BesarSkuad Kiper: Evgeny Chamaruc, Samosir Tamani, Agus Riyanto Belakang: Leonard Tupamahu, Abanda Herman, Ismed Sofyan, Joao Bosco Cabral, Mulki Hakim, M Robi, Basri Badussalam, Jordi Kartiko Tengah: Agus Supriyanto, Agus Indra Kurniawan, Francis Wewengkang, I Wayan Mudana, Julio Capreta, Javier Rocha, Akhyar Ilyas Depan: Samuel Tayo, Aliyudin, Bambang Pamungkas